Demi kepentingan bisnisnya, melihat Kejawen yang memiliki “Kearifan Lokal”, para pebisnis agama tadi merasa gusar untuk bertindak sebagai kapitalis.
Apapun alasannya, sebuah bangsa yang menyebrangi lautan dengan misi bisnis, mereka adalah kelompok kapitalis, apapun dalihnya, karena dagang merupakan pengelolaan kapital demi keuntungan. Pengelolaan “Kapital” demi “Keuntungan”, inilah yang disebut “Kapitalis”.
Sehingga tidak mengherankan, agama-agama pendatang, juga memiliki pola pikir untuk mengambil keuntungan.
Jadi dalam rangka menculasi penduduk asli yang Berbudi Luhur (yang tidak punya buruk sangka), sebagai obyek mereka untuk dieksploitasi secara ekonomi.