Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik.
Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Logika dan Hati Nurani.

Sabtu, 25 Agustus 2001

Iri, dengki dan sirik

Mengapa Seorang Kejawen Sejati tidak mungkin untuk Iri dan Dengki?

Hal ini sebenarnya dikarenakan tahapan-tahapan Olah Roso. Pada tahap Olah Roso II (Segitiga Interaksi Diri), aliran ketulusan yang baik untuk orang lain, sebenarnya mengalir pula pada ketulusan kepada diri kita sendiri.

Sehingga jika Anda melihat orang atau tetangga Anda yang berhasil dengan sudut pandang dengki, maka berarti Anda pun mendoakan diri Anda sendiri untuk tidak berhasil.

Oleh karenanya, sebagai Seorang Kejawen, untuk mencapai Ketulusan Hati, perlu menerapkan Segitiga Interaksi Diri, sebagai hal yang inheren dalam prilaku sehari-hari.

Dalam Olah Roso III, saya tidak akan menjelaskannya proses pencapaiannya, hal tersebut akan Anda dapatkan sendiri, ketika Anda sudah melewati tahap Cognintif, dan Affektif, dalam menerapkan SID (Segitiga Interaksi Diri), atau Anda sudah sampai tahap motorik dalam berprilaku Segitiga Interaksi Diri.

Karena Olah Roso III, akan dapat membahayakan diri Anda dan Orang Lain, jika Anda salah menerapkannya.

Sebagai gambaran Olah Roso III tetap bukan Kanduragan atau Kanuragan. Karena Olah Roso III, dilatihnya tidak dengan gerakan apapun layaknya ilmu bela diri. Olah Roso III, akan datang pada waktunya, jika Anda benar-benar menghayati Agami Jawi dengan Tulus dan Ikhlas.

Jumat, 29 Juni 2001

Kearifan Lokal

Mengapa Indonesia terpuruk?
Karena manusia yang mayoritas menganut Agama Impor, tidak mengenal Kearifan Lokal seutuhnya.
Sedangkan dalam Agami Jawi, hal tersebut sudah termasuk dalam, bagaimana seorang Kejawen memperlakukan Pihak Lain (Orang Lain, Alam, Mahluk Halus, Sesepuh, dlsb).

Dalam keyakinan alam bawah sadar orang-orang yang hidup di wilayah Indonesia, mempelakukan Alam selayaknya kita memperlakukan orang lain (dalam konteks Agami Jawi).

Kalau perlakuan terhadap Pihak Lain, kita lakukan dengan benar, maka masyarakat Indonesia tidaklah menderita seperti sekarang ini.

Senin, 14 Mei 2001

Kearifan Lokal (Local Wisdom)

Kearifan Lokal adalah, nilai-nilai yang sudah dimiliki Masyarakat Lokal Nusantara secara turun temurun, yang mempunyai fungsi, mengatur interaksi kegiatan masyarakat atau komunitas-nya, memperlakukan Alam sekitarnya, termasuk pola pergaulan yang arif dan bijaksana.

Mungkin pernah terbersit di dalam benak kita, "mengapa pada zaman Nenek Moyang kita dahulu, jarang sekali terjadi atau bahkan tidak pernah terjadi Bencana Alam?" yang disebababkan oleh ulah manusianya sendiri, dan juga "mengapa jarang sekali terjadi Perselisihan Antar Warga?". Jawabannya adalah; Kearifan Lokal-lah yang menyebabkan jarangnya terjadi hal-hal buruk seperti itu. Hal ini dikarenakan, Masyarakat Nusantara dengan Kearifan Lokal-nya, menjalani kehidupannya hari demi hari. Dimana dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Kearifan Lokal Bangsa Indonesia, membuat interaksi Manusia dengan Manusia, dan Manusia dengan Alam tampak begitu saling menyayangi.

Nilai-nilai "Kearifan Lokal Bangsa Indonesia" digunakan oleh Nenek Moyang kita, karena mereka sadar, bahwa hidup ini saling bertergantungan antara satu dan lainnya, termasuk pada Alam sekitar. Sehingga Nenek Moyang kita pun selalu bercermin pada hubungan Kearifan Lokal.

Intinya, bagaimana Alam bisa memberikan yang terbaik bagi manusia, jika manusia yang hidupnya tergantung pada Alam tersebut, berlaku tidak baik kepada Alam itu sendiri. Oleh karenanya, agar alam tidak murka, pola interaksi yang guyub antar sesama Manusia, antar Manusia dengan Alam, harus terus dijaga berdasarkan nilai-nilai Kearifan Lokal Bangsa Sendiri.

Oleh karenanya, Nenek Moyang kita sangat memelihara Alam, termasuk yang hidup di sekitarnya, seperti; Binatang, dan Tumbuh-tumbuhan yang merupakan bagian dari Alam itu sendiri. Sehingga Nenek Moyang kita tidak pernah memburu Binatang, atau menebang Tumbuhan, hanya karena untuk kesenangan belaka. Hal inilah yang membuat Alam bersahabat dengan manusia pada zaman munculnya peradaban di Dunia ini, (Menurut Prof Santos - peneliti Atlantis yang hilang) yang diawali pada 4425 tahun sebelum Masehi oleh Nenek Moyang kita.

Memahami "Kearifan Lokal" secara fungsional, maka sudah selayaknya, sebagai Manusia, menggunakan Perasaan dan Akal Pikiran untuk hal-hal yang baik. Jadi pergunakanlah Pikiran dan Perasaan kita untuk menstimulus Jiwa dan Raga pada hal-hal yang bijak, dan bukan hanya digunakan untuk mengumbar hawa nafsu saja, dalam memperlakukan Alam sekitar termasuk seluruh penghuninya, tempat kita menumpang hidup.

Menyitir kata-kata seorang Filsuf Indonesia, "Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik - Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik. Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Hati Nurani"

Jadi jelas, dengan kita menjalani Kearifan Lokal dengan tulus, maka Sehat Seutuhnya ada di depan Mata kita.