Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik.
Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Logika dan Hati Nurani.

Sabtu, 29 September 2007

Agama Lokal

Agama merupakan kepercayaan yang lahir dan tumbuh pada tempatnya. Oleh karena itu, secara ilmu pengetahuan yang logis (Sosiologi), menyatakan bahwa semua agama adalah pada mulanya lahir sebagai "Agama Lokal".

Memang banyak agama yang berdalih bahwa, faham mereka sudah ada sebelum bumi ini ada.

Tetapi secara nalar, hal itu dapat dibuktikan, bahwa itu hanya merupakan Omong Kosong.

Seperti kita semua ketahui, "Naluri Kehidupan" adalah "Prilaku Tertua" yang ada dalam diri manusia. Sehingga "Prilaku Naluri" tersebutlah, yang sebenarnya diakui oleh agama-agama yang ada di dunia ini, sebagai faham mereka.
Memang masuk akal, kalau faham itu diakui oleh semua agama-agama yang ada di dunia menurut tempat kelahiran dan tumbuhnya agama tersebut. Hal ini dikarenakan, dari semua agama yang ada, jika kita baca kitab sucinya dan sejarahnya, pasti semua agama berhubungan dengan Budaya Lokal-nya. Hal ini yang mewarnai agama itu sendiri.

Beberapa Negara Maju yang menggunakan Agama Lokal-nya menjadi Agama Nasional, antara lain : Jepang dan Israel.

Mengapa harus menggunakan Agama Lokal?
  • Berdoa akan lebih nyaman, karena menggunakan "Bahasa Ibu" yang secara psikologis lebih menyatu dengan pikiran yang ada di otak kita.
  • Gaya Hidup kita berpakaian akan lebih nyaman, karena tidak perlu merubah penampilan, hanya untuk ikut-ikutan Budaya Asing
  • Bertutur Kata kita memakai bahasa sendiri
  • Kita dilahirkan di Tempat dan Waktu yang telah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jadi memang Takdir kita untuk memeluk Agama Lokal
  • Dengan memeluk Agama Lokal, kita akan lebih memiliki "Kearifan Lokal", sehingga tidak mengikuti kepentingan para pebisnis Agama Pendatang.
  • Memeluk Agama Lokal akan lebih murah secara biaya, karena tidak perlu "Napak Tilas" ke tempat Agama Pendatang itu lahir.
  • Dengan menggunakan "Agama Lokal" kita tidak perlu beradaptasi dengan Tradisi Agama Pendatang tersebut.

Minggu, 02 September 2007

Agama = Ideologi?

Semua Agama di dunia berawal, atau lahir dari nilai-nilai tradisi setempat yang selanjutnya dilaksanakan dengan kepercayaan-kepercayaan yang diritualkan sejalan dengan Tradisi Lokal tersebut, sehingga tidak mengherankan, kalau para pakar sosiologi menyatakan, bahwa semua Agama di Dunia lahir pada awalnya dari Agama Lokal.

Sementara, Ideologi lahir dari pemikiran-pemikiran melalui proses thesis anti-thesis, yang pada akhirnya melahirkan aturan-aturan sosial yang komplit pula.

Perbedaan esensial antara Agama dengan Ideologi adalah, terletak pada pola Hukuman dan Penghargaannya.

Agama menerapkan hitungan hukuman dengan "Dosa", yang masih sangat imajinatif, dan harus dipercayai dengan melalui Iman dan Dogma (Kebalikan dari Fakta dan Data).

Sementara Ideologi menerapkan hukumannya dengan Hukum Positif setempat yang berlaku, dan harus dilaksanakan dengan Fakta dan Data (Kebalikan dari Iman dan Dogma).

Sementara, kesamaan antara Agama dengan Ideologi adalah, untuk dapat mengerti aturan-aturan Agama atau Ideologi, secara ceteris paribus, orang harus membaca dan menghafalkannya terlebih dahulu.

Sehingga, tidak mengherankan, ketika seseorang yang hafal dan eksis di lingkungannya karena pengetahuannya terhadap Agama atau Ideologi tertentu, secara psikologis, orang tersebut akan ketagihan untuk terus membaca dan menghafalkan segala sesuatunya, agar dia dapat tetap eksis sebagai narasumber.

Ketagihan untuk menjadi seorang ahli dalam sebuah Agama atau Ideologi tertentu, membuat seseorang menjadi seorang yang fanatik terhadap apa yang ia baca dan percayai.

Kefanatikan seseorang inilah, yang dapat dipergunakan oleh orang-orang ahli "Cuci Otak" untuk menjadikan targetnya menjadi seorang Teroris.

Agami Jawi bukan Agama yang perlu dihafalkan, tetapi Agama yang perlu dirasakan dengan perasaan. Dengan proses "
Olah Roso", Seorang Kejawen Sejati sudah menemukan Surga dan Nerakanya, jadi dirinya tidak lagi perlu percaya dengan bacaan-bacaan yang menyesatkan.

Dengan "Olah Roso", seseorang akan merasakan Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, sehingga ia tidak perlu menjadi orang yang fanatik. Karena Tuhan Yang Maha Esa ada karena kita memang merasakannya. Jadi seorang Kejawen Sejati, tidak berangan-angan masuk ke Surga, karena ia sudah menemukan Kedamaian, ketika ia dapat berinteraksi langsung tanpa perantara (seperti Agama Rosul, yang menggunakan Rosul sebagai Perantaranya) kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Jadi dapat dipastikan pemeluk Agami Jawi, tidak akan pernah terjerumus menjadi seorang teroris. Karena ia sudah menadapat ketenangan yang hakiki melalui Mangunggaling Kawulo Ghusti.