Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik.
Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Logika dan Hati Nurani.

Minggu, 08 Juni 2008

Agami Jawi - Agama Tanpa Biaya Tinggi

Bagi kebanyakan Agama yang ada, sadar atau tidak, mereka selalu diajak kepada struktur dari pemahaman agama itu sendiri.

Bagi sebagian agama, justru ada kursus-kursus atau sekolah (di luar sekolah formal), yang memberi pengajaran atau pendalaman.

Tentunya tidak gratis.

Bagi Seorang Kejawen, mereka hanya disarankan untuk memperdalam Olah Roso, yang akan dengan mudah dapat dipelajarinya melalui Puasa Mutih Senen Kamis dan Olah Roso.

Setelah Seorang Kejawen dapat merasakan manfaat Olah Roso, ia pasti sudah dapat naik lagi ke tahap selanjutnya.

Bagi beberapa agama menyarankan atau bahkan diharuskan jika mampu, untuk melakukan Napak Tilas secara Fisik. Yakni, dengan di-iming-imingi hadiah (penghapusan dosa) bagi yang melakukan hal tersebut. Dengan logika ini (penghapusan dosa), dapat dikatakan justru mendiskriditkan Tuhan Yang Maha Esa, yang seolah-olah memiliki pola berbisnis terhadap mahluk ciptaanNya sendiri.

Kasihan ya yang nggak mampu.
Karena seolah Tuhan Yang Maha Esa membedakan Orang Kaya dan Orang Miskin. Semakin Miskin seseorang di Dunia, mereka pun tidak mendapatkan kesempatan untuk masuk Surga. Karena tidak memiliki biaya yang besar, untuk napak tilas tersebut.

Bagi Seorang Kejawen
Hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Karena Seorang Kejawen yang telah benar-benar melakoni Puasa Mutih dan Olah Roso dengan Pasrah dan Ikhlas, mereka pasti sudah dapat Napak Tilas secara non-Ragawi, tidak seperti Agama-agama lain yang harus melakukan Napak Tilas secara Fisik.

Kejawen - Adalah Sebutan Bagi Penganut "Agami Jawi"

Kejawen adalah sebutan bagi "Penganut Agami Jawi"

Seperti Orang Kristen, disebut Seorang Kristiani, Orang Islam disebut sebagai Muslim, dlsb.

Seorang Kejawen adalah orang yang mempunyai niat dari dalam dirinya, untuk melakoni apa-apa yang tidak menyakiti Pihak Lain (Orang Lain, Alam, Mahluk Halus, Sesepuh, dlsb)

Karena dalam falsafah Agami Jawi adalah Berbudi Luhur, yang artinya memiliki Pikiran dan Prilaku yang Luhur.

Kejawen - Bersusah-susah Dahulu, Bersenang-senang Kemudian

Pribahasa di atas menggambarkan, bedanya Agami Jawi dengan Agama-agama Pendatang lainnya.

Atau yang pernah saya tulis juga mengenai "Makna Kejawen: Kitab dan Pancing"

"Agami Jawi" memang tidak memiliki Kitab Suci, mengapa?
Karena dengan Manunggaling Kawulo Ghusti, semua sudah terjawab.

Jadi Seorang Kejawen, tidak perlu belajar menghafal untuk mengerti semua itu.

Dengan banyaknya ayat yang harus dihafalkan, menjadikan orang banyak alasan untuk dirinya tidak dalam kondisi "Eling Lan Waspodo"

Kejawen - Tuhan Yang Maha Esa Tidak Pernah Menghukum Ciptaannya Sendiri

Seorang Kejawen yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa Tidak Pernah Menghukum CiptaanNya Sendiri.

Hal ini dikarenakan, bahwa semua Agama di dunia meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa bisa membuat apa saja, dan sempurna. Begitu juga yang diyakini oleh Seorang Kejawen.

Jadi intinya, buat apa, Tuhan Yang Maha Esa harus menghukum mahluk CiptaanNya Sendiri?
Karena Tuhan Yang Maha Esa sesungguhnya dapat membuat Manusia Sempurna.

Memangnya Tuhan Yang Maha Esa, seperti orang Belanda yang menggagas "Madurodam"

Selain itu, kita sama-sama yakin bahwa, Tuhan Yang Maha Esa tahu apa saja yang akan terjadi, atau akan menimpa dunia.

Tetapi mengapa ada malapetaka?

Malapetaka itu, ada karena pola interaksi kita tidak harmonis dengan Pihak Lain (Orang Lain, Alam, Mahluk Halus, Sesepuh, dlsb).

Kalau Ada Adam dan Hawa, itu karena mereka percaya orang-orang yang hidup di Surga / Atlantis yang hilang, harus hidup susah mendapatkan bahan pangan, di luar lingkungan Taman Eden (Atlantis), yang begitu berlimpah ruah.

Kejawen - Bukan Aliran Kebatinan

Agama Pendatang selalu membuat opini, bahwa Kejawen itu adalah "Aliran Kebatinan".

Hal ini dilakukan oleh Agama Pendatang, agar para penganut Kejawen yang masih muda, dan tidak tahu apa-apa, merasa malu untuk mengatakan bahwa dirinya adalah Seorang Kejawen.

Sebab, jika Kejawen itu benar-benar Ilmu Kebatinan, pernyataan diri sebagai Seorang Kejawen merupakan pernyataan yang setara dengan "Saya adalah Dukun"

Dengan opini tersebut, ternyata Agama Pendatang berhasil membuat orang-orang Jawa yang dikenal sangat mempunyai sifat merendah tersebut enggan menyatakan dirinya sebagai Seorang Kejawen.

Padahal pada kenyataanya. Dari penelitian kecil seorang dosen saya, yang seorang Profesor Doktor, menyatakan bahwa dari 100 responden (yang Paranormal), tidak ada satupun Paranormal tersebut yang membacakan mantra-mantranya dengan bahasa Jawa. Mereka - Paranormal, membacakan mantra-mantranya dengan bahasa dan tulisan Arab.