Jadi, kalau agama itu memang ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, mana mungkin Sang Pencipta Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu Segala-galanya, membiarkan penganut agama-agama ciptaanNya bertarung sendiri berebut kebenaran. Yang tentunya merugikan pihak lain.
Dengan menggunakan "Akal Sehat" maka dalam Agami Jawi, kita tidak memerlukan Dogma, seperti yang digunakan oleh agama-agama rosul atau agama-agama import, sebagai alt untuk menegasi pikiran-pikiran yang kritis yang tidak dapat terjawab oleh Kitab Suci mereka.
Secara psikologis, pikiran yang dikooptasi memerlukan apa yang disebut pengakuan eksistensi dari eksistensinya yang hilang karenanya. Oleh sebab itu, maka Dogma perlu memberikan pengakuan kepada yang memberikan komitmen kepadanya. Untuk kepentingan itu, Iman adalah predikat yang diberikan kepada orang-orang yang mengikatkan diri pada Dogma itu sendiri.