Seorang Kejawen harus selalu bertanya secara logika, agama yang dianutnya (Agami Jawi), sehingga ia tidak merasa atau mengalami pembodohan.
Dengan adanya sejarah yang benar, dimana selalu ada waktu dan tempat kejadiannya, Seorang Kejawen tidak memiliki ke-Iman-nan yang dipaksakan oleh Dogma
Karena menjadi Seorang Kejawen, kita selalu dituntut kejujuran, maka ke-Iman-an adalah sebuah ketidak jujuran kepada diri sendiri. Hal ini dikarenakan, adanya percaya yang dipaksakan.