Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik.
Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Logika dan Hati Nurani.

Minggu, 14 Februari 2010

Catatan Penting bagi seorang Kejawen

Dari mayoritas blog yang mengatasnamakan untuk kepentingan Kejawen, ternyata mereka adalah milik orang-orang beragama Rasul, yang intinya ingin memutarbalikan fakta "Agami Jawi"

Bagi yang ingin memeluk "Agami Jawi" apapun suku bangsa Anda, Anda hanya perlu dengan mencoba dengan Olah Roso.

Agami Jawi adalah agama yang benar-benar mempercayai dan meyakini kebesaran Ghusti.

Sesungguhnya tidak ada yang namanya Kejawen Hindu, Kejawen Budha, Kejawen Islam ataupun Kejawen Kristen.

Nilai-nilai Agami Jawi memang sudah digeser oleh agama-agama pendatang. Agami Jawi adalah agama yang sudah tumbuh berkembang, jauh sebelum agama-agama import itu datang ke Indonesia.

Mengapa begitu?
Orang Jawa yang terkenal dengan sifatnya yang senkretis, sehingga hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang pembawa Agama Import tersebut, agar nilai-nilai mereka dapat diterima oleh Agami Jawi, maka mereka mencoba untuk mengawinkan Agama mereka dengan Agami Jawi yang sudah tumbuh jauh lebih lama dari Agama mereka.

Dan, setelah Soeharto jatuh, mereka (pemeluk Agama Import) menganggap sudah sangat kuat, sehingga mereka berniat untuk menggeser Agami Jawi dari Bumi Nusantara ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ancaman, baik fisik maupun non fisik yang mereka lakukan kepada orang-orang awam di Indonesia.

Dengan keteguhan Para Kejawen Sejati sepertia Anda, saya yakin, Agami Jawi lambat laun akan menjadi tuan rumah kembali di tanah kelahirannya sendiri.

Etimologi

Kejawen adalah sebuah Agama Lokal pertama yang lahir di Indonesia, yang dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa, dan sukubangsa lainnya yang tinggal atau menetap di pulau Jawa.

Kata “Kejawen” berasal dari kata Jawi, sebagai kata benda yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia, yaitu seorang yang Berbudi Luhur. Sehingga Kejawen juga sebagai sebutan/predikat bagi pemeluk "Agami Jawi", sebagai contoh, seperti pemeluk agama Islam disebut sebagai Muslim.

Dalam konteks umum, kejawen merupakan Agama lokal Indonesia. Seorang ahli antropologi Amerika Serikat, Clifford Geertz pernah menulis tentang Agama ini, dalam bukunya yang ternama The Religion of Java atau dalam bahasa lain, Kejawen disebut "Agami Jawi".

Penganut ajaran untuk Kejawen biasanya, menganggap ajarannya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah prilaku orang yang beradap.

Ajaran kejawen biasanya bertumpu pada konsep "Keseimbangan". Dalam pandangan demikian, Kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya.

Tetapi kini, bagi Kejawen Sejati, dengan Olah Roso, kita paham bahwa untuk berkomunikasi dengan Ghusti, kita dapat menggunakan suara hati, apapun bahasanya.

Catatan :
Agami Jawi, tidak menjadi monopoli orang-orang Jawa semata. Agami Jawi, Agamanya orang-orang yang ingin dapat Berbudi Luhur... Bahkan Agami Jawi ini, dapat diterapkan di belahan dunia manapun.

Catatan

Mantra dan Doa
Saya menggantikan kata mantra dengan doa, hal ini jelas alasannya. Bagi orang yang mengaku seorang Kejawen, tetapi mereka mengatakan doanya sebagai mantra, dapat dipastikan bahwa mereka, secara sengaja atau tidak sengaja terpengaruh oleh kelompok/golongan, yang ingin mendiskriditkan atau memutarbalikan fakta, sehingga orang menganggap bahwa Kejawen itu adalah sebagai aliran Kebatinan / Ilmu Hitam / Penyembah Berhala.

Jadi, bagi Anda yang mempelajari Agami Jawi dari sumber-sumber yang tidak jelas. Jika mereka menyebut Mantra, sebaik apapun prolog dari tulisan itu, dapat dipastikan bahwa mereka adalah orang-orang dari agama lain, yang ingin merusak makna luhurnya Agami Jawi.

Allah dan Ghusti
Kita sama-sama sepakat bahwa Tuhan sebagai “Yang Maha Pencipta” adalah Esa, sehingga seperti Air, kita pun dapat menyebut dalam bahasa Inggris; Water, atau dalam bahasa Jerman; Wasser, tetapi inti semuanya adalah sama, yakni H2O. Jadi, makna intinya adalah, jika Tuhan kita sapa dengan bahasa apapun, maka yang dimaksud adalah tetap Tuhan Yang Maha Esa. Berinteraksi dengan Tuhan Yang Maha Esa saat kita menyembahNya, merupakan hubungan yang unik bagi setiap individu. Saya pribadi menggunakan kosa kata Ghusti untuk menyembahNya.

Kanuragan
Orang-orang yang ingin menyesatkan pemahaman Agami Jawi, mereka memutarbalikan fakta, dengan menyisipkan kedalam ajaran Kejawen, yakni "
metode praktis untuk melatih ilmu tenaga dalam". Padahal ilmu itu adalah, ilmu bela diri tradisional orang-orang Jawa yang disebut Kanuragan. Jadi Kanuragan sama sekali bukan bagian dari Agama Jawi, karena Agama Jawi tidak mengajarkan seseorang untuk perang. Dan anehnya, para penganut Kanuragan, ternyata banyak yang melafalkan Mantra mereka dengan bahasa Arab.

Empat Tekad Dalam Berdoa

Dalam tradisi Jawa, seseorang dapat mewujudkan doa dalam bentuk lambang atau simbol. Lambang dan simbol dilengkapi dengan sarana ubo rampe sebagai pelengkap kesempurnaan dalam berdoa.

Lambang dan simbol mengartikan secara kiasan bahasa alam yang dipercaya manusia Jawa sebagai bentuk isyarat akan kehendak Tuhan Yang Maha Esa / Ghusti. Manusia Jawa akan merasa lebih dekat dengan Tuhan jika doanya tidak sekedar diucapkan di mulut saja (NATO: not action talk only), melainkan dengan diwujudkan dalam bentuk, seperti; tumpeng, sesaji dsb. sebagai simbol kemanunggalan tekad bulat.

Olehkarenanya, manusia Jawa dalam berdoa melibatkan "Empat Unsur Tekad Bulat" yakni; Hati, Fikiran, Ucapan, dan Tindakan. Upacara-upacara tradisional sebagai bentuk kepedulian pada lingkungannya, baik kepada lingkungan Masyarakat Manusia, maupun Masyarakat Gaib yang hidup berdampingan, agar selaras dan harmonis dalam melakukan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa / Ghusti.

Bagi manusia Jawa, setiap "Rasa Syukur dan Doa" harus diwujudkan dalam bentuk tindakan riil (atau diiringi dengan usaha), sebagai bentuk ketabahan dan kebulatan tekad yang diyakini dapat membuat doanya dikabulkan.