Hal ini dikarenakan, di satu sisi "Empat Sila Utama Pola Hubungan" bisa didapat dari Olah Roso, d sisi lain Pola Hubungan Manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa adalah Pola Hubungan yang Unik.
Sehingga tidak ada Guru yang lebih paham dari Diri Kita Sendiri, dalam konteks Hubungan Diri Kita Sendiri dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Alasan lain, Guru Agama cenderung membodohi muridnya demi keuntungan dirinya sendiri.
Di Negara Berkembang, Guru Agama menjadi profesi untuk cari makan. Jadi, Kedjawen adalah hal yang mengancam bagi mereka yang mencari makan dari mengakali silabus pengajaran agama menjadi semakin panjang.
Dari penelitian kecil saya, selama saya berkunjung ke berbagai negara-negara maju di seluruh dunia. Di sana tidak yang namanya Guru Agama.
Karena Agama adalah hal yang sangat pribadi, atau yang saya selalu sebut sebagai "Hubungan Manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa adalah Hubungan Yang Unik"