Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik.
Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Logika dan Hati Nurani.

Minggu, 29 September 2002

Olah Roso

“Olah Roso” dapat ditinjau dari berbagai tahapan, tahapan awal merupakan tahapan entry poin yang harus dilalui oleh setiap orang yang ingin malkoninya.

1. Bagi kita yang baru ingin memulai “Olah Roso”, kiranya kita harus mengerti betul mengenai diri kita sendiri.
A)Lakukan Olah Roso sebelum tidur, dan sebelum Sembahyang Malam hari.
B)Posisi telentang layaknya orang sedang melamun sebelum tidur.
C)Tanyakan pada diri kita sendiri, apakah hari ini kita membuat sesuatu yang merugikan pihak lain (orang lain, Alam, Alam Gaib, dlsb.)
D)Jika menurut Anda, Anda tidak berbuat sesuatu yang merugikan pihak lain, sudah selayaknya Anda bersyukur. Tetapi, jika menurut Anda, Anda berbuat sesuatu yang merugikan pihak lain, sudah selayaknya Anda pun memohon ampun pada Ghusti, bahwa Anda telah merugikan mahluk ciptaannya.

Setelah mengenal dan mengerti siapa diri kita. Saatnya kita dapat melangkah ke jenjang “Olah Roso” yang lebih kompleks.

2. Tahap Kedua, pada tahap ini kiranya Anda dapat memulai dengan Puasa-puasa dasar, sebelum melakukan beberapa puasa advance.
A)Puasa hari kelahiran
B)Puasa Mutih

3. Tahap Ketiga
A)Merenung atau Meditasi, dengan cara yang mudah, adalah dengan posisi telentang seperti orang sedang tidur.
B)Dalam Merenung atau Meditasi, arahkan pikiran Anda kepada hal-hal yang positif saja. Konsentrasikan bagaimana bahagia-nya menjadi orang yang baik dan mempunyai Budi Pekerti yang tinggi.

4. Tahap Keempat
Tahap ini, jika Anda telah menemukan Kebahagiaan melakoni semua tahap di atas tersebut, maka pasti Anda sudah menemukan Tahap yang Keempat ini. Disinilah, misteri yang paling membahagiakan bagi seorang Kejawen Sejati.

Selasa, 03 September 2002

Doa vs Bicara

Bicara merupakan interaksi komunikasi sesama manusia. Sedangkan Doa adalah perasaan dan pikiran kita yang ingin kita sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Seorang Kejawen Sejati, berbicara dengan sesama manusia saja ada tingkatannya. Usia Sebaya atau di bawahnya, dan Orang yang lebih Tua.
Jadi untuk berkomunikasi atau menyampaikan perasaan dan pikirannya kepada Ghusti, selain pemilihan bahasa yang santun, juga dengan tehnik "Olah Roso".

Pola Komunikasi

Sesama Manusia
Kita bicara -> ditangkap oleh lawan bicara -> dimengerti -> lalu dijawab.

Kepada Ghusti
Kita bicara dengan diri sendiri, apakah benar yang kita rasakan dan pikirkan - Sebelum kita sampaikan kepada Ghusti - Ghusti sudah mengerti dan sudah langsung menjawabnya.

Jadi kalau kita Doa atau Sembahyang, dengan bukan bahasa Ibu, dimana yang terjadi antara perasaan dan pikiran kita, mungkin tidak sesuai dengan bahasa yang kita sampaikan, meskipun demikian Ghusti akan tetap mengerti dan menjawab tepat sesuai permohonan perasaan dan pikiran kita, tetapi hal ini justru dapat memperolok-olok Tuhan Yang Maha Esa. Mengapa, karena kita tidak paham isinya.

Sebagai contoh, seorang pemuka agama yang paham benar dengan bahasa agama impor tertentu, memberikan doa yang notabene mendoakan dirinya, tetapi kita yang tidak mengerti, menggunakan doa tersebut untuk permohonan kita. Bagaimana???

Jadi untuk tidak memperolok-olok Tuhan Yang Maha Esa, seyogyanya Berdoa atau Bersembahyang dengan bahasa Ibu. Karena dengan bahasa Ibu, kita tahu persis, tidak hanya isi dan arti yang terkandung, tetapi makna yang terkandung pun kita paham. Selain itu, kita dapat memilihkan dan menggunakan kosa kata yang pantas kepada Ghusti.

Sebagai contoh, kata; Minta dan Mohon, mempunyai arti yang sama, tetapi pantaskah kita menggunakan kata minta kepada Tuhan Yang Maha Esa?

Doa vs Bicara

Bicara merupakan interaksi komunikasi sesama manusia. Sedangkan Doa adalah perasaan dan pikiran kita yang ingin kita sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Seorang Kejawen Sejati, berbicara dengan sesama manusia saja ada tingkatannya. Usia Sebaya atau di bawahnya, dan Orang yang lebih Tua.
Jadi untuk berkomunikasi atau menyampaikan perasaan dan pikirannya kepada Ghusti, selain pemilihan bahasa yang santun, juga dengan tehnik "Olah Roso".

Pola Komunikasi

Sesama Manusia
Kita bicara -> ditangkap oleh lawan bicara -> dimengerti -> lalu dijawab.

Kepada Ghusti
Kita bicara dengan diri sendiri, apakah benar yang kita rasakan dan pikirkan - Sebelum kita sampaikan kepada Ghusti - Ghusti sudah mengerti dan sudah langsung menjawabnya.

Jadi kalau kita Doa atau Sembahyang, dengan bukan bahasa Ibu, dimana yang terjadi antara perasaan dan pikiran kita, mungkin tidak sesuai dengan bahasa yang kita sampaikan, meskipun demikian Ghusti akan tetap mengerti dan menjawab tepat sesuai permohonan perasaan dan pikiran kita, tetapi hal ini justru dapat memperolok-olok Tuhan Yang Maha Esa. Mengapa, karena kita tidak paham isinya.

Sebagai contoh, seorang pemuka agama yang paham benar dengan bahasa agama impor tertentu, memberikan doa yang notabene mendoakan dirinya, tetapi kita yang tidak mengerti, menggunakan doa tersebut untuk permohonan kita. Bagaimana???

Jadi untuk tidak memperolok-olok Tuhan Yang Maha Esa, seyogyanya Berdoa atau Bersembahyang dengan bahasa Ibu. Karena dengan bahasa Ibu, kita tahu persis, tidak hanya isi dan arti yang terkandung, tetapi makna yang terkandung pun kita paham. Selain itu, kita dapat memilihkan dan menggunakan kosa kata yang pantas kepada Ghusti.

Sebagai contoh, kata; Minta dan Mohon, mempunyai arti yang sama, tetapi pantaskah kita menggunakan kata minta kepada Tuhan Yang Maha Esa?